7 Pembalut Wanita jaman Dulu

Setiap wanita akan mengalami menstruasi sekali setiap bulannya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi ini akan membutuhkan media khusus untuk menjalani fase sensitif tersebut. Nah, di saat menstruasi satu hal yang paling dibutuhkan wanita tak lain yaitu pembalut.

Bersyukurlah dengan kemajuan model pembalut dijaman sekarang, kita wanita jadi tidak direpotkan bahkan tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Bayangkan bagimana wanita jaman dulu menghadapi masa menstruasi mereka sebelum adanya pembalut? Ini dia 7 media yang digunakan wanita jaman dulu saat menstruasi, sebelum adanya pembalut, berikut ulasannya:

  1. Pembalut Kain atau Celemek

Pembalut Kain atau Celemek

Membuat pembalut sendiri berbentuk seperti bantalan dari celemek atau potongan kain tua, atau kain bekas. Muncul dalam sebuah catatan tertulis sejak abad ke-10. Sepanjang sejarah, wanita menggunakan berbagai macam media untuk menangani menstruasi. Beberapa contohnya yang dapat dilihat adalah sejenis bantalan yang dijahit dari celemek, potongan kain tua, kain bekas dan disebut dengan celemek menstruasi. Ini merupakan cara yang paling umum digunakan wanita pada abad tersebut.

  1. Pembalut Dari Kulit Binatang

Pembalut dari kulit binatang

Membuat bantalan yang terbuat dari kulit hewan, kulit hewan juga sempat dimanfaatkan untuk menjadi media resapan darah menstruasi. Selain menggunakan potongan kain yang sudah kuno, orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sebagai media resapan menstruasinya.

  1. Pembalut Herbal Dari Rumput Kering, Serat Sayuran dan Lumut

Pembalut Herbal Dari Rumput Kering, Serat Sayuran dan Lumut

Sementara di Uganda yang dipakai adalah anyaman ilalang papyrus, yang dibentuk menjadi sebuah bantalan. Waktu jaman peradaban Yunani kuno, orang-orang disana harus mandiri menghadapi masa menstruasi dengan membuat pembalut mereka sendiri.

Caranya mereka menggunakan pembalut berupa “bantalan” yang terbuat dari lumut, serat sayuran atau rumput.

  1. Pembalut Dari Wol, Kapas dan Kertas

Pembalut Dari Wol, Kapas dan Kertas

Masih jaman peradaban Yunani Kuno, berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembalut wanita, yang disadari ternyata memiliki daya serap tinggi seperti wol, kapas maupun kertas. Wanita mulai menggunakannya sebagai bahan yang dimasukan kedalam kantong dan diselipkan di antara kedua kaki.

  1. Mangkuk Menstruasi

Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup (mangkuk menstruasi). Mangkuk ini diletakan kedalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt yang diikat di pinggang. Pada saat itu, wanita tidak menggunakan apa-apa dibalik roknya, sehingga jika sedang menstruasi, mereka memakai pembalut tersebut.

Mangkuk Menstruasi

Pada tahun 1876, bahan dari mangkuk menstruasi tersebut diganti bahannya menjadi bahan karet yang memungkinkan dapat menampung darah haid, lalu terus mengalir melalui selang menuju ke kantong penampungan yang digunakan diluar badan. Namun, yang menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu saja. Orang miskin masih menggunkan kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berulang kali, karena mereka tidak sanggup membeli menstrual cup.

  1. Pakaian

Jaman 1800-an, di abad ke-19, tak semua wanita beruntung bisa menggunakan pembalut. Paling tidak, mereka hanya bisa pasrah dan membiarkan darah haid mengalir begitu saja ke pakaian mereka, sebelum nantinya baru dibersihkan.

  1. Tampon (Tampax)

Tampon (Tampax)

Tampax atau tampon diciptain pertama kali pada tahun 1930 dan memberikan pilihan lain untuk wanita menstruasi. Tampon sendiri berfungsi dan dibuat dari bahan yang sama dengan pembalut, namun dimampatkan menjadi bentuk tabung kecil, tampon juga tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dapat dipilih sesuai keperluan mengingat derasnya menstruasi.

Tapi, tampon tidak langsung sukses dan terkenal begitu saja, mengingat cara penggunaannya yang dimasukkan pada liang vagina untuk menyerap darah menstruasi. Memang, banyak orang yang khawatir tentang penggunaan tampon, seperti apakah tampon bisa lenyap dalam tubuh kita atau dapat menghilangkan keperawanan (merusak selaput dara).

Pada perkembangan berikutnya saat Perang Dunia I, perawat Perancis menemukan bahwa perban selulosa bisa menyerap darah dengan baik, ketika mereka merawat tentara yang luka-luka. Dari situlah pembalut dibuat dengan menggunakan perban. Dalam waktu yang sama, inovasi pembalut wanita pun mulai cepat terjadi. Sejak saat itu banyak perusahaan yang terus mengembangkan pembalut menstruasi untuk wanita. Pada tahun 1960-an, pembalut wanita yang menggunakan belt mulai digantikan dengan pembalut yang menggunakan perekat yang berfungsi untuk menahan pada bagian bawah celana dalam.

Pada awal abad ke 21 ini, kembali kepada trend pembalut wanita yang terbuat dari bahan bahan alami. Tentu saja dengan teknologi pembuatan yang menjamin aspek kenyamanan, kebersihan dan kesehatan bagi wanita di dunia.

 

Diolah dari : solosoloku.com