Mau Buktiin Pembalut Wanita Berbahaya atau Tidak? Ini kata Dr Boyke

Akhir – akhir ini marak kembali berita tentang pembalut wanita. Kali ini lebih tentang perilaku menyimpang golongan remaja di beltim, dimana pembalut digunakan sebagai media untuk mabuk – mabukan. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Lalu apa yang menyebabkan pembalut wanita dapat digunakan untuk mabuk? Berita selengkapnya bisa anda baca disini.

 

Pembalut yang kebanyakan beredar di pasaran berbahaya, mengandung klorin, zat pemutih pemicu kanker. Namun, tahukah Anda cara mengetes pembalut yang aman atau tidak aman?

Berbagai penelitian menunjukkan, sekurang-kurangnya 107 bakteri per milimeter persegi ditemukan di atas pembalut wanita pada umumnya, meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam saja. bagaimana jika dipakai lebih dari 2 jam?

Dr.Boyke dalam suatu situs, menyampaikan, kandungan pemutih atau pewangi buatan yang terdapat pada pembalut dikhawatirkan akan berlanjut pada alergi dan memicu keputihan abnormal serta radang atau infeksi.

Nah, berikut cara mengetes apakah sebuah pembalut sekali pakai aman untuk digunakan?

Tes 1

  1. Suntikkan 35 – 50 ml/cc air pada permukaan pembalut (air sebagai zat cair pengganti darah).
  2. Diamkan beberapa saat lalu tekan selembar tisu yang ditaruh pada permukaan pembalut tersebut. Ini adalah posisi saat wanita duduk, ada tekanan pada pembalut.
  3. Apa yang terlihat? Apakah tisu basah? Kalau tisu basah, ini menandakan daya serap pada pembalut kurang baik.

Coba anda bayangkan, setiap bulan selama beberapa hari selalu menggunakan pembalut yang permukaan atasnya selalu basah!

Tes 2

  1. Siapkan ½ (setengah) gelas air putih, usahakan gunakan gelas yang bening atau transparan agar bisa melihat proses yang terjadi dan juga sediakan alat pengaduk (contoh: sumpit)
  2. Sobek pembalut dan ambil bagian inti pembalut yang ada di dalamnya (bahan penyerap, kapas). Masukkan ke dalam gelas berisi air sebagian dari bagian inti pembalut tersebut, lalu aduk.
  3. Apa yang terlihat? Apakah bagian inti pembalut hancur, seperti pulp kertas dan air berubah menjadi keruh? Kalau jawabannya iya, ini menandakan pembalut menggunakan bahan yang kurang berkualitas dan memakai zat pemutih.

9 Merek Pembalut Bahaya

Umumnya pembalut wanita yang dikebanyakan dijual di pasar diduga mengandung klorin, yaitu bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pemutih. Adanya kandungan klorin ini terungkap dari hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sembilan merek pembalut wanita. Hasilnya, kadar klorin tertinggi didapat pada pembalut wanita merek Charm.

“Merek Charm terbukti mengandung kadar klorin tertinggi, yaitu 54,73 ppm (parts per million),” ujar peneliti YLKI, Arum Dinta, dalam jumpa pers di Kantor YLKI, Selasa (7/7/2015).

Kemudian, secara berturut-turut, yaitu merek Nina Anion (39,2 ppm), My Lady (24,44 ppm), VClass Ultra (17,74 ppm), Kotex (8,23 ppm), Hers Protex (7,93 ppm), Laurier (7,77 ppm), Softex (7,3 ppm), dan Softness Standar Jumbo Pack (6,05 ppm).

Pembelian sampel dilakukan dalam kurun waktu Desember 2014-Januari 2015 dari ritel modern, agen, dan toko.

Uji laboratorium menggunakan metode analisis kimia spektrofotometri yang dilakukan di laboratorium TUV NORD Indonesia yang telah terakreditasi.

Arum menjelaskan, bahan pembalut yang digunakan tidak 100 persen dari kapas, tetapi ada yang menggunakan campuran bubuk kayu dan limbah pakaian yang mengandung klorin.

Penelitian ini pun, lanjut Arum, dilakukan untuk memenuhi hak konsumen untuk memakai produk yang aman.

Kandungan klorin pada pembalut dikhawatirkan dapat menganggu kesehatan organ intim wanita yang menyebabkan risiko iritasi hingga keputihan.

“Perusahaan harus memperhatikan keamanan produk yang dibuatnya, apalagi di daerah sensitif bagi wanita,” kata Arum.

Kain Lebih Baik

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan kandungan klorin pada 9 pembalut wanita yang biasa dipakai saat menstruasi. Adanya klorin ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan organ intim wanita, yang bisa menyebabkan risiko iritasi, gatal-gatal, hingga keputihan.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi pun menyarankan konsumen menggunakan pembalut kain yang lebih bersih. “Pembalut kain bisa diipakai ulang, bisa dicuci dan keamanannya jangka panjang,” ujar Tulus dalam jumpa pers di Kantor YLKI, Jakarta, Selasa (7/7/2015).

Menurut Tulus, pemakaian kain juga lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan pembalut sekali pakai yang pemakaiannya cukup tinggi di Indonesia. Namun, pembalut kain seperti yang dipakai wanita dulu, kini tak lagi diminati masyarakat. Pembalut kain dinilai kurang praktis.

Bagi wanita yang aktif, penggunaan pembalut kain dikhawatirkan tidak bisa menampung darah yang keluar saat menstruasi.

Sebelumnya, YLKI melakukan penelitian terhadap 9 merek pembalut wanita dan 7 pantyliner. Hasilnya semua sampel tersebut mengandung klorin, yang biasa digunakan sebagai pemutih. Tulus mengatakan, konsumen memiliki hak untuk memakai produk yang aman.

Sebanyak 9 pembalut yang mengandung klorin yaitu merek Charm (54,73 ppm/parts per million), Nina Anion (39,2 ppm), My Lady (24,44 ppm), VClass Ultra (17,74 ppm), Kotex (8,23 ppm), Hers Protex (7,93 ppm), Laurier (7,77 ppm), Softex (7,3 ppm), dan Softness Standar Jumbo Pack (6,05 ppm). Untuk pentyliner, yaitu V Class (14,68 ppm), Pure Style (10,22 ppm), My Lady (9,76 ppm), Kotex Fresh Liners (9,66 ppm), Softness Panty Shields (9 ppm), CarFree Superdry. (7,58 ppm), dan Laurier Active Fit (5,87 ppm).

Pembelian sampel dilakukan dalam kurun waktu Desember 2014-Januari 2015 dari ritel modern, agen, dan toko.

Uji laboratorium menggunakan metode analisis kimia spektrofotometri yang dilakukan di laboratorium TUV NORD Indonesia yang telah terakreditasi.